London, Gontornews –– Ancaman serius virus Zika kembali menyeruak ke permukaan. Menurut editor rubrik kesehatan BBC, James Gallagher, lebih dari 2,2 juta orang di dunia terancam virus Zika.
Tak heran, virus yang diduga disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti itu kini menjadi fokus lembaga kesehatan dunia tahun ini.
Virus Zika menyebabkan ribuan bayi mengalami sindrom mikrosepalis atau pengecilan ukuran kepala.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr Oliver Brady dari Universitas Oxford menyebut pemetaan virus Zika jauh lebih kompleks ketimbang mengetahui habitat asli nyamuk tersebut.
“Ini adalah pemetaan pertama yang dihasilkan dari data virus Zika yang kami miliki. Peta tersebut berpijak pada kesesuaian virus Zika dengan penyakit demam dengue atau cikungunya,” papar Brady sebagaimana dilansir BBC.com.
Dalam penelitiannya, ia menambahkan kondisi geografis dan lingkungan pendukung penyebaran virus tersebut.
Brady memprediksi sekitar 2,2 juta orang berpotensi terjangkiti virus yang mengakibatkan ribuan bayi lahir dengan otak yang belum berkembang.
Zona penyebaran Zika pertama tentu saja di Amerika Selatan, terutama Brazil.
Tapi, tidak hanya di Brazil, daerah-daerah sepanjang garis pantai dan kota-kota di sepanjang sungai dan anak sungai Amazon berpotensi terkena virus ini.
Selain itu, wilayah di Amerika Serikat seperti Florida dan Texas juga berpotensi terinfeksi wabah ini seiring dengan meningkatnya suhu di wilayah tersebut.
“Nyamuk hanyalah satu dari sekian syarat bagi penyebaran virus Zika, padahal, ada syarat lainnya,” ungkap Brady.
Selain nyamuk, pengidap virus ini bisa menularkan kepada orang sehat.
Selain di benua Amerika, sejumlah wilayah di Asia termasuk Indonesia juga berpotensi terkena virus ini.
Meski demikian, peneliti belum dapat menjawab mengapa sejumlah kasus terindikasi Zika belum dilaporkan.
Setidaknya ada dua alasan terkait minimnya pelaporan seputar Zika di dua benua tersebut, yaitu:Â kuatnya kekebalan tubuh terhadap virus dan kesalahan diagnosis seperti demam berdarah atau malaria.
Tidak seperti di Benua Amerika dan Asia, Eropa tidak terpengaruh penyebaran virus Zika karena hingga saat ini, belum ada warga yang terjangkiti virus tersebut. [Mohamad Deny Irawan/Rusdiono Mukri]