Oleh Yudi Nurhadi
Pengajar Ponpes Manahijussadat, Cibadak-Lebak Banten
Pertanyaan: Yth Ustadz, mohon dijelaskan secara singkat ciri-ciri guru yang baik dan pantas menjadi teladan orang-orang bertakwa.
Jawaban: Terima kasih atas pertanyaannya.
Lembaga pendidikan pondok pesantren sangat ditentukan oleh kesungguhan para guru dalam mendidik santri-santrinya. Hasil dari pendidikan itu akan menjadi investasi berharga bagi kehidupan para murid dan guru baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu, pendidikan adalah proses pembentukan dan pengembangan kapasitas intelektual dan kejiwaan sesuai dengan potensi setiap individu. Pendidikan dapat diibaratkan sebagai proses pertumbuhan tanaman yang membutuhkan lahan yang subur, bibit yang baik, perawatan yang teratur dan berkelanjutan.
Guna mewujudkan “bibit” yang baik dalam membina dan mengembangkan kualitas karakter peserta didiknya, para guru hendaknya membekali diri dengan keimanan dan ketakwaan yang ciri-cirinya termaktub dalam al-Qur’an surat Ali ‘Imran: 134-135.
Ciri guru yang bertakwa, pertama, gemar menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit. Infak dan sedekah guru dalam dunia pendidikan tidak serta merta harus berupa harta, tetapi tenaga, pikiran dan ketekunan mengajar, membimbing serta dapat menginspirasi santri-santrinya menjadi pribadi yang mandiri, berilmu pengetahuan, dan berakhlakul karimah.
Dalam keadaan susah maupun senang guru yang istiqamah nilai takwanya tidak akan surut menyedekahkan tenaga dan pikirannya guna menggali potensi dirinya agar setia menjadi pembelajar sejati yang notabene dikerahkan untuk mendidik para siswanya. Pilihan menjadi guru itu menyenangkan sekaligus melelahkan, tetapi saat guru merasa lelah berbuat kebaikan, renungkanlah kata-kata hikmah dari Khalifah Umar bin Khathab, “Bila kita merasa letih dengan kebaikan, sungguh keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal. Bila kita bersenang-senang dengan dosa, maka kesenangan itu akan hilang dan dosa yang akan kekal.”
Kedua, guru yang bertakwa yaitu yang sanggup menahan amarah. Dalam bertindak sejatinya guru mengendepankan kasih sayang dan kelembutan. Bila ada peserta didik yang melanggar disiplin, pemberian sanksi/hukuman selalu bernilai edukatif. Guru yang tak pandai mengendalikan amarah kerapkali menyelesaikan masalah siswa dengan kekerasan dan berujung konflik. Sejatinya marwah guru dalam bertutur dan bertindak selalu menjaga lisan dan perbuatannya dari kemarahan. Jika pun harus marah, tentu marah yang berpotensi edukatif tanpa menyakiti dan mengancam psikologis kejiwaan peserta didik.
Ketiga, guru yang bertakwa harus memiliki sifat pemaaf kepada siapapun, terlebih kepada murid-muridnya. Memaafkan kesalahan orang lain karena khilaf maupun sengaja adalah kemuliaan. Memaafkan orang yang meminta maaf menjadi salah satu tanda ketakwaan kita kepada Allah. Dengan memaafkan kesalahan murid, setidaknya guru telah memberikan teladan yang baik.
Keempat, ciri guru yang bertakwa yaitu selalu memohon ampunan Allah. Guru selalu menyadari bahwa dirinya adalah manusia yang kerapkali khilaf dan tidak terlepas dari dosa. Karena itu, bersegera beristigfar, memohon ampun kepada Allah adalah wasilah bertakarub kepada-Nya. Bagi seorang guru memohon ampun kepada Allah berarti menyadari atas kekhilafan dirinya dalam proses pembelajaran, kesalahan strategi dan metodologi pengajaran maupun sikap dan tingkah laku yang tidak menyenangkan. Ketekunan mengevaluasi diri dan gemar memohon ampunan Allah SWT menjadikan hati sang guru kian menyadari untuk tidak melakukan kesalahan serupa.
Terakhir, profesi guru baik dalam mendidik maupun mengajar semata-mata diniatkan sebagai amal shalih dan investasi di dunia maupun di akhirat. Yakinlah amal kebaikan kita selalu dilihat dan dinilai oleh Allah dan RasulNya serta orang-orang Mukmin. Simak firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 105, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Sosok guru yang bertakwa kepada Allah tidak serta merta meningkatkan keshalihan individunya tetapi memancar dalam tindakan keshalihan sosial yaitu dengan mengajar dan mendidik santri, berkiprah menyerukan kebajikan di tengah masyarakat. Semoga keshalihan seorang guru menjadi teladan bagi para santrinya dan lingkungan sosialnya. Amin.