Tarakan, Gontornews — Lima ABK Kapal TB Henry penarik tongkang Christy dipulangkan ke keluarganya setelah  selamat dari penyanderaan kelompok Abu Sayyaf, di perairan perbatasan Filipina-Malaysia, Jumat (15/4) petang lalu. Mereka antara lain Yohanis Serang, Sembara Oktafian (engginering), Rohaidi (juru mudi), Royke Frans Montolalu (juru kemudi) dan Rumawi.
Yohanes bercerita, saat melintas di perairan Filipina tiba-tiba kapal di bajak oleh para perompak. Mengetahui temannya Lambas Simanukalit terkena tembakan dari kelompok yang diduga Abu Sayyaf, Yohanis langsung naik ke ruang kapten untuk meminta bantuan. “Cek..bravo… cek..Bravo…di sini TB Henry telah dibajak. Teman kami kena luka tembak,†kata Yohanes melalui HT (handy talky).
Ia berharap ada jawaban karena saat itu banyak orang-orang yang sedang berbicara di HT dengan berbagai bahasa. Beberapa menit kemudian, ada jawaban dari polisi maritim yang saat itu melakukan patroli. “Cek.. bravo… cek..bravo. Di sini Polis Maritim Malaysia,†jawab suara pria di HT tersebut. Dengan rasa lega, Yohanis kemudian dengan lancar berkomunikasi dengan pria yang ternyata betul dari polisi maritim Malaysia. Setelah itu, komunikasi terhenti sambil menunggu kedatangan polisi patroli ini ke tempat mereka.
Yohanes mengaku bisa lolos dari penyanderaan setelah bersembunyi di ruang mesin saat 5 org penyandera naik ke kapalnya. “Saya sembunyi dan tidak tahu bagaimana kawan-kawan yang lain,†tutur pria yang mengaku masih trauma dan tidak akan melaut lagi. “Saya ingin mencari pekerjaan lain di Indonesia saja, “ paparnya.
Rasa trauma juga dialami oleh Sembara Oktafian. Sebelum kejadian, Sembara  mengaku sempat berkomunikasi dengan keluarga di rumah. Ia juga sempat berkomunikasi dengan kawan-kawannya yang disandera sebelum kejadian. “Dengan kawan-kawan yang selamat ketika bertanya bagaimana kondisi yang ada di rumah sakit,†tuturnya.
Selama setahun tiga bulan berlayar, Sembara mengaku sudah 6 kali melewati perairan antara Malaysia – Filipina. Namun baru pertama kali ada penyanderaan di perairan tersebut. “Saya tidak tahu ada perompak disana dan selama kesana belum pernah terjadi,†turut pria yang pernah mengenyam pendidikan akademi pelayaran ini.
Sembara mengaku senang bisa kembali di tengah keluarganya. Meskipun ada trauma, pria yang bekerja sebagai engginering kapal ini tetap akan melaut karena sudah menjadi profesinya. “Dari kejadian itu tetap saya akan melaut,†ujar Sembara yang berharap kawannya yang disandera bisa segera dibebaskan dan berkumpul dengan keluarganya.
Sementara sampai saat ini, militer Filipina tetap tidak mengizinkan TNI ikut membatu penyelamatan 14 WNI yang disandera di perairan Filipina. Militer Filipina tidak menyerah kepada para perompak dan akan terus membantasi ruang gerak kelompok Abu Sayyaf. “Pengerahan TNI harus berdasarkan kerjasama dengan pemerintah. Kami juga prioritaskan keselamatan para WNI,†ujar Juru bicara militer Komando Mindanao Barat Mayor Filemon Tan. [Ahmad Muhajir]/Dedi Junaedi]