Austin, Gontornews – Sebuah penelitian geologi tentang sejarah iklim bumi selama 700 tahun terakhir membuktikan, perubahan iklim secara tradisional terjadi karena lambatnya pergeseran lempengan bumi dalam pelepasan karbondioksida ke atmosfer.
Penelitian ini sekaligus membantah hasil penelitian sebelumnya yang mengungkapkan bahwa perubahan iklim disebabkan cepatnya pelepasan karbondioksida ke atmosfer.
Sejumlah peneliti dari Universitas Yale, Universitas Texas Austin dan Rice University merilis sebuah data global yang menghimpun aktivitas gunung berapi selama 720 tahun kebelakang. Penghimpunan data ini bertujuan mempelajari pasang surut aliran iklim panas dan dingin yang terjadi di bumi.
Secara geologis, peneliti menemukan, benua yang memliki lengkungan vulkanik menjadi penyebab utama terjadinya perbedaan iklim dalam waktu yang panjang di suatu wilayah.
Lengkungan vulkanik terbentuk akibat terjadinya penyesuaian lempeng tektonik yang terjadi di bawah samudera selama jutaan tahun. Lengkungan vulkanik ini biasanya ditemukan di zona subdiksi. Lapisan kulit samudera berada di bawah benua.
Periode peningkatan aktivitas vulkanik terkait dengan pembentukan benua serta gunung. Oleh karenanya, karbondioksida yang dilepaskan ke lapisan atmosfer menyebabkan udara menjadi lebih hangat.
Sebaliknya, kata peneliti, dengan minimnya aktivitas vulkanik gunung berapi, suhu di bumi akan cenderung lebih dingin seperti pada periode glasial.
Dalam penelitiannya, peneliti menyusun uranium-lead (U-Pb) melalui 120.000 butir serbuk Zirkon. Serbuk Zirkon merupakan mineral yang terbentuk akibat aktivitas gunung berapi benua yang terkumpul dari sedimen lama dan baru di seluruh dunia.
“Kami sedang mengamati perubahan produksi Zirkon di berbagai benua sepanjang sejarah bumi dan melihat bagaimana perubahan iklim berhubungan dengan pergerakan es (dingin) dan transisi rumah kaca (hangat),†kata Ryan McKenzie, kepala peneliti yang juga anggota asosiasi program post doctoral Yale University sekaligus memulai penelitiannya di Universitas Texas, Austin.
“Pada akhirnya kami menemukan bahwa selama periode tingginya produksi zirkon, bumi mengalami kondisi rumah kaca (cenderung hangat), sedangkan produksi zirkon di pergeseran iklim persimpangan es justru berkurang,†tambahnya sebagaimana dilansir situs yale.edu.
Senada dengan McKenzie, asisten Profesor Geologi dan Geofisika Yale, Nuh Panavsky menilai bahwa studi terhadap pergeseran lempengan vulkanik untuk melihat iklim jangka panjang merupakan hal yang sangat penting, khususnya, untuk mendiskusikan tentang perubahan iklim di masa depan.
“Penelitian ini mendukung gagasan bahwa perubahan iklim jangka panjang didorong oleh pergerakan lambat (bumi) dalam melepaskan karbondioksida. Pelepasan ini menunjukkan bahwa lonjakan arus pelepasan karbondioksida (ke atmosfer) adalah anomali setidaknya setengah miliar tahun yang lalu,†kata Planavsky.
Selain McKenzie dan Planavsky, penelitian ini juga dilakukan oleh Brian Horton, Shannon E Loomis, dan Daniel Stockli dari Universitas Texas, Austin dan Cin-Ty Lee dari Rice University. Sedangkan The National Science Foundation sebagai penyandang dana dalam program Yale Flint Post-Doctoal Scholars. [Mohamad Deny Irawan/Rusdiono Mukri]