Sebagai salah satu agama dengan jumlah penganut terbanyak di dunia, Islam sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat modern bahkan pada taraf internasional. Diakui atau tidak, Islam telah memainkan peran penting dalam memajukan peradaban umat manusia hingga menjadi seperti saat ini, sebagaimana tercatat di dalam sejarah.
Begitu banyak literatur Islam yang menjadi kunci penting untuk membuka akses menuju jendela ilmu pengetahuan yang lebih luas dan mutakhir. Bahkan dewasa ini, pertumbuhan Islam terutama di negara-negara Eropa dan Amerika mengalami perkembangan pesat. Mereka yang sebelumnya pernah menolak keberadaan Islam, lambat laun mulai belajar menghargai Islam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kompleksitas masyarakat yang heterogen.
Keluhuran budi pekerti, kebajikan moral, serta kemurahan hati umat Islam pun sangat nyata mereka rasakan, yang kemudian mampu mengundang simpati mendalam dari hati mereka sehingga akhirnya tidak sedikit yang terketuk hatinya untuk mantap mengucap syahadat dan memeluk Islam. Seperti itulah jati diri Islam yang sebenarnya: sebuah agama yang tidak hanya mengajarkan kepada umatnya apa yang harus diyakini, dipatuhi dan dijauhi saja, namun juga mendidik kehidupan secara seutuhnya.
Kehidupan yang tidak hanya berorientasi kepada dunia yang sementara, tapi juga menuju akhirat yang abadi. Dan untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘aalamin, maka adalah hal utama bagi kita umat Islam untuk memahami seberapa krusial urgensi untuk membangun peradaban Islam di tengah-tengah masyarakat dunia yang sedang dilanda krisis kehidupan, serta memahami peran masjid yang begitu strategis untuk membentuk miniatur peradaban Islam.
Agama Peradaban
Islam adalah agama paling sempurna yang pernah dimiliki umat manusia. Tidak seperti agama-agama lain yang umumnya hanya menyentuh aspek religius serta keyakinan dogmatis saja, Islam memiliki ajaran-ajaran yang bersifat universal untuk membina kehidupan sesuai maknanya yang hakiki. Karena itu, Islam tidak hanya mengajarkan tentang hukum-hukum syariat, halal-haram, ataupun pokok-pokok keimanan saja, lebih dari itu, Islam juga bertujuan menciptakan sebuah peradaban kemanusiaan yang ideal lagi sejahtera.
Islam bahkan mengatur segala aspek yang ada dalam kehidupan manusia secara komprehensif, mulai dari aspek sosial, politik, budaya, ekonomi, hingga pendidikan. Keseluruhan aspek itu pun disentuh secara seimbang tanpa menitikberatkan kepada satu aspek tertentu.
Pada aspek ekonomi, misalnya, Islam sangat menganjurkan para penganutnya untuk menjadi kaya secara finansial. Meskipun kaya bukanlah kewajiban dan miskin tidak mutlak berarti terhina, namun dengan menjadi kaya begitu banyak keutamaan-keutamaan yang bisa didapatkan oleh seorang Muslim. Dengan menjadi kaya seorang Muslim mampu menginfakkan hartanya di jalan Allah melalui zakat, sedekah, ataupun wakaf.
Semakin besar nilai kekayaan yang dimilikinya, maka semakin besar nilai harta yang ia infakkan, sehingga semakin banyak pula pahala yang didapatnya. Bahkan berkecukupan secara finansial juga menjadi syarat utama seorang Muslim untuk dapat pergi berhaji ke Tanah Haram, yang merupakan rukun Islam terakhir. Bila seorang Muslim telah menunaikan ibadah Haji, maka dengan demikian telah sempurnalah lima rukun Islamnya.
Aspek-aspek ekonomi yang tersebut di atas pun banyak bersinggungan dengan aspek-aspek sosial yang turut menjadi perhatian dalam Islam. Seperti zakat, infak, dan sedekah, yang menjadi perantara seorang Muslim dengan kelebihan harta untuk dapat menyantuni para fakir miskin.
Begitu pula dengan ibadah Kurban, yang bila ditunaikan mampu menggugah rasa kemanusiaan serta meningkatkan kepedulian sosial kepada mereka yang kurang mampu. Ibadah-ibadah tersebut dengan sengaja disyariatkan demikian agar kaum Muslimin memahami secara sadar bahwa Islam sangat menentang sikap egois dan individualis. Justru sebaliknya, Islam sangat mendorong dan memotivasi umatnya untuk selalu memperjuangkan kepentingan umatnya serta peduli terhadap sesama.
Ringkasnya, kita dapat memahami betapa Islam sangat memperhatikan kualitas kehidupan para penganutnya walaupun hanya melalui contoh sederhana yang baru saja disebutkan. Keunggulan inilah yang tidak dimiliki oleh agama-agama lain. Sayangnya, ketika agama-agama tersebut tidak sanggup menjawab tuntutan masyarakat yang semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman, maka agama akan dianggap tidak relevan lagi bagi kehidupan mereka. Fenomena inilah yang kemudian kita temukan menjamur di tengah-tengah peradaban Barat saat ini; mereka begitu maju dalam konteks kemodernan dan perkembangan teknologi, namun sangat kering dari nilai-nilai spiritual serta transendental.
Mereka tampak sejahtera secara materi saja, namun jauh di dalam hatinya mereka merasa hampa karena kehilangan makna dan tujuan dari menjalani hidup di dunia. Hanya Islamlah yang mampu menjawab problematika kehidupan yang tengah dihadapi oleh Barat saat ini. Islamlah yang mampu mengisi kekosongan spiritual yang saat ini sangat akut menyerang Barat, ataupun memberikan jawaban-jawaban atas permasalahan-permasalahan sosial maupun moral yang tengah mereka hadapi.
Untuk mewujudkan pengaruh Islam yang meliputi seluruh umat manusia di dunia, maka perwujudannya harus dimulai dari komunitas-komunitas kecil yang berada di masyarakat. Dalam hal ini, masjid sebagai sebuah ruang publik yang mengakomodir berbagai bentuk interaksi sosial di antara umat Islam merupakan instrumen penting untuk melancarkan strategi ini.
Membangun Peradaban Islam
Masjid merupakan bangunan yang sangat identik dengan umat Islam. Persepsi masyarakat dunia kini sudah sangat membudaya untuk mengatakan bahwa masjid adalah rumah ibadah yang lekat dengan Islam, seperti halnya agama-agama lain yang identik dengan rumah ibadanya masing-masing. Meski begitu, masjid yang dimiliki oleh umat Islam tidak cukup hanya dipahami sebagai rumah untuk melaksanakan ritual peribadatan saja.
Lebih dari itu, masjid sejatinya memainkan peran yang sangat krusial dalam membangun sebuah peradaban yang Islami. Sebagaimana agama Islam yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia secara holistik, maka demikianlah idealnya bagaimana masjid difungsikan. Masjid sebagai ruang publik harus dimanfaatkan tidak hanya sebagai sarana menunaikan shalat fardhu saja, tapi juga harus dimaksimalkan untuk menjadi wadah bagi umat Islam mengawali langkah upaya mereka membentuk konstruksi sosial yang kuat. Di sanalah mereka saling mengenal satu sama lain, saling berinteraksi, serta saling membahu sehingga memicu terjalinnya ukhuwwah yang terbina dengan baik.
Ukhuwwah inilah yang nantinya menjadi embrio untuk dapat menciptakan sistem ekonomi, melahirkan institusi-institusi pendidikan, bahkan menginisiasi terbentuknya lembaga politik. Kita dapat mengambil contoh pada zaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ketika masjid tidak hanya berfungsi sebagai rumah ibadah saja, tapi juga menjadi pusat kegiatan ekonomi, pemberdayaan sosial, hingga lokasi strategis pemerintahan.
Keterlibatan masjid sebagai ruang publik yang difungsikan secara maksimal menjadikan masjid kala itu layaknya poros yang menopang kokohnya peradaban Islam yang berdiri megah di atasnya. Tanpa adanya masjid, mungkin saja peradaban umat Islam saat itu tidak seindah dan segemilang cerita yang kita dengar saat ini.
Masjid yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, politik, serta pendidikan bagi masyarakat tersebut pada akhirnya dapat mengonstruksi miniatur peradaban manusia yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Semua individu yang berada dalam naungan miniatur ini pun dapat mewujudkan kehidupan Islami yang sarat akan nilai-nilai spiritual, sehingga menuntun mereka menuju kedamaian, kesejahteraan, serta kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Miniatur inilah yang nantinya akan terkoneksi antara satu masjid dengan yang lainnya, sehingga membentuk jaringan peradaban yang menyatu dalam sebuah negara. Bila setiap negara menerapkan sistem yang sama, maka itulah saatnya peradaban Islam telah teraplikasikan secara menyeluruh bagi umat manusia sebagai rahmatan lil ‘aalamin untuk semesta alam.
Seperti itulah seharusnya peran dan fungsi masjid bagi umat Islam. Masjid adalah baitullah; tempat Allah disembah dan diagungkan, tempat umat Islam bersatu untuk mencapai tujuan yang sama yaitu ridha-Nya. []