Manusia dilahirkan ke dunia dengan bentuk yang sempurna. Wajah, organ hingga sidik jari manusia tercipta dengan sangat detail dan khas. Meski saudara kembar terlihat sama, mereka memiliki perbedaan. Baik fisik maupun sifat atau perilaku.
Selain soal penampilan, manusia juga dianugerahi semacam protektor yang melindungi tubuh dari segala macam penyakit atau ‘benda-benda asing’ yang berasal dari luar tubuh manusia. Perlindungan tubuh darip segala macam penyakit yang berasal dari luar dikenal dengan istilah imunitas.
Dengan imunitas tersebut, manusia dapat mengurangi atau menghindari potensi masuknya virus penyakit yang berasal dari luar. Contoh kecilnya adalah saat Anda terjatuh dan bagian tubuh Anda mengalami luka, maka seketika imun akan melindungi bagian luka itu.
Sebetulnya, nanah yang muncul saat luka itu terbuka merupakan bentuk pertahanan tubuh terhadap bakteri yang berasal dari luar.
Tapi apa jadinya jika imun yang sejatinya bersifat sebagai pelindung tubuh itu justru menyerang si pemilik tubuh? Proses penyerangan tubuh oleh ‘antibodi’ sendiri itulah yang dikenal dengan penyakit autoimun.
Antibodi pada penderita autoimun tidak berfungsi dengan semestinya. Imun dari penderita bergerak sendiri tanpa bisa mengenali sel mana yang berasal dari dalam tubuh dan sel mana yang berasal dari luar tubuh.
Penyebab hadirnya auto imun masih menjadi misteri. Beberapa ahli kedokteran ada yang berpendapat, penyakit ini disebabkan karena kelainan genetis. Ada pula sebagian peneliti yang mengatakan, penyebab autoimun adalah virus yang berasal dari luar.
Meski belum ada yang sepakat tentang penyebab autoimun, tapi para peneliti lebih merujuk pada pendapat pertama daripada yang kedua. Alasannya, karena penyakit autoimun bukanlah penyakit yang menular sehingga kemungkinan terjadinya autoimun sangat minim sekali.
Meski penyakit yang timbul akibat autoimun terbilang unik tapi gejalanya sama seperti kelelahan, pusing dan demam ringan. Untuk kasus autoimun, gejala yang dialami datang dan pergi. Gejala lainnya adalah rasa sakit (flare) meski tidak banyak penderita autoimun mengalaminya.
Autoimun menyebabkan beberapa penyakit seperti: rontoknya rambut secara tidak merata (alopecia areata), terjadinya pembekuan darah di pembuluh darah arteri dan vena (antiphospholipid/antibody syndrome), menyerang dan menghancurkan sel-sel hati (autoimmune hepatitis), menyerang usus kecil karena tidak menerima zat gluten yang terdapat dari gandum (celiac disease), menyerang sel-sel penghasil insulin (diabetes tipe 1), dan autoimun yang menyebabkan tumbuhnya kelenjar tiroid yang berlebihan (grave’s disease).
Meski demikian, penyakit unik akibat autoimun yang sering ditemukan adalah: (1) Lupus; penyakit yang merusak sendi, kulit, ginjal, jantung, paru-paru bahkan sebagian tubuh. Sering dijuluki penyakit ‘seribu wajah’ karena gejalanya yang bervariasi; (2) Sjögren’s Syndrome: penyakit yang menyebabkan seseorang kehilangan kelembaban tubuh karena autoimun menyerang jaringan kelenjar eksokrin yang menghasilkan cairan pelumas/pelembab seperti air mata, air liur dan keringat; (3) K Rheumatoid Athritis: penyakit autoimun yang menyerang kelenjar sendi sehingga menyebabkan kerusakan tulang dan tulang rawannya.
Hingga saat ini belum ada yang secara spesifik memberikan informasi tentang penyembuhan penyakit ini.
Penyakit ini dikabarkan hanya bisa ditekan agar ‘tidur’ atau menonaktifkan pergerakannya. Karena penanggulangannya demikian, maka tidak jarang penyakit ini dinamakan penyakit remisi, atau disebut penyakit kronik karena lama diderita.
Meski saat ini belum ada obat spesifik, Allah SWT sudah berjanji kepada setiap makhluknya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Maka penelitian untuk menemukan obat bagi penderita autoimun harus terus digalakkan. [Mohamad Deny Irawan/Rus]