Madiun, Gontornews — Madiun dikenal dengan kuliner sambel pecel dan roti bluder. Kedua makanan ini menjadi ikon kuliner Kota Madiun. Tahukah Anda, jika dua ikon itu digabungkan dalam satu rasa? Nah, kali ini redaksi akan mengupas kisah sukses alumni Gontor Putri yang berinovasi membuat bluder pecel dengan brand Bluder Cinta.
Mila Ponia pemilik (owner) dari jajanan yang viral bernama Bluder Cinta. Ia memulai usahanya pada akhir Februari 2019. Saat itu, karena suaminya, Bachtiar Effendi, tidak lagi bekerja akhirnya keduanya mempunyai ide membuat bisnis kuliner bluder yang berbeda.
“Saat itu, anak saya memberikan nama bluder yang akan diproduksi itu bernama Bluder Cinta, alasannya agar mudah diingat oleh semua kalangan, lebih universal,” kisah perempuan kelahiran Bandung, 4 Desember 1976 ini.
Perempuan alumni marhalah Mahawardani Gontor Putri Mantingan 1996 ini menambahkan, dirinya sengaja membuat bluder yang ia buat berbeda dengan bluder yang sudah ada pada umumnya. Mulai dari rasa hingga kemasan yang siap disajikan untuk pelanggan, ia tampilkan berbeda.
Dengan sentuhan tangan perempuan, desain packing Bluder Cinta ini mengambil tema warna cerah biru tosca sehingga terlihat anggun dan elegan. “Warna biru tosca ini juga pilihan dari anak saya,” kata ibu dari Suroyya Adzkiya Effendi Putri ini.
Untuk rasa, Mila juga memberikan varian rasa yang unik, selain mempertahankan rasa bluder pada umumnya, ia juga mengambil rasa khas pecel Madiun. “Kami berinovasi ini untuk memadukan dua rasa khas makanan Madiun, hasilnya alhamdulillah banyak penggemarnya,” ungkap mantan Qismul I’lam dan Roisah OPPM di Pondok Gontor Putri.
Mila melihat pemain bluder masih belum banyak, makanya ia bersama suami yakin kalau produk bludernya nanti akan berkembang. Karena itu, ia pun belajar bluder hampir satu tahun untuk uji coba dan membutuhkan banyak biaya. Bahkan kami berikan tester ke masyarakat cukup lama. “Sampai sekarang hanya Bluder Cinta yang memiliki rasa pecel,” ujar mantan penyiar Radio Islami Habibulloh Banyuwangi.
“Kemunculan ini jangan sekadar muncul, tapi mempunyai sesuatu yang unik yang bisa mengalihkan pandangan orang dari bluder yang sudah besar di sini. Bukan menyaingi tapi saya melihat apakah ada peluang main bluder yang belum disentuh pemain besar,” ungkapnya.
Akhirnya mantan Sekretaris PT Jati Rimba ini memantabkan diri untuk mengkaji bluder ‘tetangga sebelah’ hingga akhirnya ia menemukan format size yang berbeda dibanding bluder yang sudah banyak beredar.
“Yang biasa beredar ukurannya besar, saya ukuran sedang sehingga harga bisa ditekan. Kami juga menyediakan paket isi 1 hingga 10 sehingga banyak pilihan. Saya yakin akan banyak yang melirik Bluder Cinta ini,” jelasnya.
Awal-awal melakukan uji coba membuat bluder ini, dirinya masih belum memiliki oven untuk membuat bluder, ia pinjam ke temannya. ”Saat coba-coba itu saya belum punya oven. Jadi oven saya masih pinjam ke teman,” katanya.
Bahkan bluder yang ia buat juga tidak lantas langsung ia jual, tapi sering dibagikan ke teman, tetangga untuk merasakan hasil karyanya. Ternyata responnya bagus dan ini membuat semangatnya semakin menjadi-jadi.
Akhirnya ia mulai membuka open order melalui laman pribadi sosial medianya. Alhasil, respons masyarakat juga positif. Order demi order pun dilayani. Dari mulai hanya puluhan buah per hari, hingga menjadi 1.500 per hari. “Alhamdulillah Bluder Cinta sudah dinikmati pelanggan mulai dari Banyuwangi hingga Jakarta, ada juga di luar Jawa,” paparnya.
Mila mengatakan, keinginannya untuk berinovasi membuat bluder dengan isian sambal pecel karena ingin mengangkat kuliner asli Madiun. Untuk sambal pecelnya, ia bekerjasama dengan pelaku UMKM pecel yang banyak di Madiun.
Namun demikian, Bluder Cinta memiliki varian rasa pada umumnya seperti stroberi, cokelat, kismis, keju, abon, nanas, pisang, taro, durian, coffee, blueberry dan original. Sedangkan rasa premiumnya ada matcha, choco crunchy, sarikaya, tiramisu dan sambel pecel yang menjadi pembeda bluder di wilayah Madiun ini.
Bluder Cinta dalam pembuatannya tidak menggunakan bahan pengawet, pewarna dan pemanis buatan. Makanan yang ia pasarkan ini hanya bisa bertahan sampai tujuh hari. “Kami tidak menggunakan pemanis, kami menggunakan gula asli, kalau warna kekuningan itu karena menggunakan kuning telur,” ujarnya.
Mila selain melakukan pemasaran secara online juga sesekali mengenalkannya melalui event-event bazar, pameran yang diselenggarakan dinas terkait di Madiun. Menurutnya pemasaran melalui sosial media sangat membantu dalam mempromosikan produk bluder ini.
Mila menjelaskan, mayoritas pembeli Bluder Cinta untuk oleh-oleh sanak keluarga di luar Madiun. Sisanya untuk kebutuhan acara hajatan, souvenir, arisan, rapat, atau untuk diri sendiri di wilayah Madiun.
”Sekarang saya juga banyak pesanan untuk suvenir pernikahan, kebutuhan rapat, pertemuan-pertemuan bahkan untuk takjil berbuka puasa. Saya menyediakan kemasan isi satu hingga delapan. Jadi lebih banyak pilihan,” ujarnya.
Untuk pengembangan pemasaran, Mila memberikan peluang kepada calon reseller di setiap wilayah untuk membuka reseller online. Sementara untuk agen belum ada karena sistemnya harus kuat jika untuk pengadaan agen.
Karena makanan ini tidak bertahan lama, maka dalam pengiriman dirinya bekerjasama dengan ekspidisi yang memiliki kecepatan dalam pengiriman ke luar kota. Selain itu, juga packing yang ia gunakan juga menggunakan kardus tebal yang tidak mudah penyok.
“Kami cari ekspidisi cepat yang maksimal pengiriman tiga hari. Karena kita kirim kue yang fresh, tanpa pengawet sehingga bisa lekas dinikmati oleh pelanggan yang jauh,” ujarnya.
Selain penjualan online, Mila juga menjemput bola untuk menjalin kerjasama dengan pemilik toko, resto atau kios jajanan di sekitar Madiun untuk pemasaran Bluder Cinta. Ia bermimpi kelak Bluder Cinta akan menjadi ikon oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke Madiun.
Mila merasakan apa yang telah ia lakukan di bisnis ini tak lepas dari pendidikan selama di Pesantren Gontor Putri Mantingan. Pengalaman nyantri di Gontor menguatkan dirinya sebagai ibu rumah tangga dengan side job yang ia lakukan.
Gemblengan di Gontor membuat dirinya tidak gampang menyerah saat badai melanda, cepat bisa melihat peluang menjadi pelopor, alfadhlu lil mubtadii. “Disiplin itu gak enak, tapi lebih gak enak lagi kalo gak disiplin. Ini yang sampai sekarang selalu berusaha saya terapkan di bisnis ini,” jelasnya.
Mila memberikan pesan kepada para santri untuk jangan pernah takut mencoba, banyak peluang di sekitar kita yang belum tersentuh. “Tumbuhkan ide-ide kreatif yang akan bikin kita beda dengan yang lain. Karna berbeda itu indah, karena berbeda itu peluang,” tuturnya.
Dalam sesi penutup wawancaranya, Mila berharap Bluder Cinta yang ia kelola bisa tumbuh berkembang lebih baik lagi. “Semoga Bluder Cinta yang memadukan dua rasa khas kuliner Madiun yaitu bluder dan sambel pecel ini terus bisa berkembang. Kami ingin menciptakan semacam jargon, Kalau belum beli Bluder Cinta berarti belum ke Madiun,” tegasnya. [Fathurroji]