San Fransisco, Gontornews — Rasulullah pernah bersabda jika ia tidak tidur sebelum Isya dan berbicara setalah shalat Isya. Rasulullah SAW bersabda, “Rasulullah SAW tidak tidur sebelum Isya dan tidak berbincang-bincang setelahnya. Beliau juga melarang kami berbincang-bincang setelah Isya’ yakni melarang dengan peringatan kepada kami (HR Ibnu Majah 396-397). Lantas apa hikmah perintah Rasulullah SAW tersebut? Mungkin penelitian dari UCSF ini bisa menjelaskan alasannya.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of California San Fransisco (UCSF) mengungkapkan bahwa semakin cepat seorang tidur di malam hari, makin cepat pula ia bangun di pagi hari. Ilustrasinya, jika anda tidur malam pukul 20.00 WIB maka anda berpeluang untuk bangun pagi pukul 04.00 WIB.
Penelitian yang terfokus pada Advance Sleep Phase (ASP) atau fase tidur lanjutan tersebut diyakini dapat mempengaruhi satu dari 300 orang dewasa. ASP sering didefinsikan sebagai beroperasinya jam tubuh, atau biasa disebut ritme sirkadian, seseorang lebih cepat dari pada yang lainnya. Saat itu, peneliti menemukan jika hormon tidur melatonin yang lebih dahulu terlepas dari tubuh yang diikuti dengan perubahan suhu tubuh.
Kondisi berbeda dengan kondisi yang dialami seseorang yang mengalami penuaan dini atau mereka yang terbangun pada saat dini hari dengan kondisi depresi.
“Kebanyak orang berjuang untuk turun dari tempat tidur pada jam 4 atau jam 5 pagi. Orang dengan ASP secara alami akan beristirahat (dengan segera) dan siap untuk mengambil hari itu,” kata peneliti senior, Louis Ptacek dari Fakultas Kedoktera UCSF sebagaimana dilansir Science Daily.
“(Pola) bangun pagi ekstrem seperti ini cenderung berfungsi baik di siang hari meski mungkin saja mereka mengalami kesulitan untuk tetap terjaga dengan komunitas sosialnya di malam hari,” tambah Ptacek.
Tidak hanya itu, ASP membuat seseorang untuk mudah bangun lebih cepat dari pada yang lainnya. Mereka mendapatkan kepuasan tidur hanya 5-10 menit pada saat mereka tidak bekerja. Berbeda dengan mereka yang tidak menganut ASP dimana mereka merasa ‘puas’ saat mereka menambah porsi tidur sebanyak 30-38 menit atau lebih.
“Secara umum, kami menemukan bahwa orang-orang dengan fase tidur tertunda lebih mungkin untuk mengunjungi klinik tidur. Mereka mengaku kesulitan bangun (pagi) untuk bekerja serta sering berurusan dengan gangguan tidur yang kronis.
“Kami berharap hasil penelitian ini tidak hanya meningkatkan masyarakat tentang arti penting kesadaran ASP bagi diri dan keluarga. Hal ini diperlukan untuk membantu diri mereka untuk mengidentifikasi gen jam sikardian dan segala kondisi kesehatan yang mungkin saja mempengaruhi mereka,” pungkas Ptacek. [Mohamad Deny Irawan]