Antartika, Gontornews – Sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti asal University of California Amerika Serikat menemukan, perubahan iklim global telah mempengaruhi kesehatan laut dunia. Laut terus-menerus menyedot karbon dioksida dan mengancam ekosistem laut yang dikhawatirkan turun 20 persen hingga 300 tahun mendatang.
Samudera Selatan (The Southern Ocean) merupakan tempat pertemuan perairan Antartika dan Sub-Antartika yang secara aktif mengantarkan nutrisi ke seluruh perairan di dunia. Peneliti mengkhawatirkan jika peningkatan gas emisi terus meningkat, maka percampuran antara perairan Antartika dan sub-Antartika akan terhambat pada tahun 2300.
Perubahan ini, sebagaimana dilansir laman futurism, membuat perairan kutub jauh lebih hangat, pencairan es di laut kutub sehingga menjebak nutrisi dari hanya di samudera selatan.
Penelitian yang diterbitkan oleh oleh jurnal Science tersebut menyebutkan, pembatasan, penghambatan dan pemotongan siklus nutrisi akibat peningkatan gas emisi di bawah laut mengganggu kesehatan laut secara global seperti menurunnya tanaman laut yang menjadi makanan pertama dalam rantai makanan sebesar 24 persen.
Salah satu samudera laut yang berpotensi merasakan dampak terburuk adalah perairan bawah laut Atlantik utara, Lautan Pasifik sebelah utara, Samudera Hindia bagian selatan. Bahkan, sektor perikanan di Atlantik utara berpotensi mengalami penurunan sebesar 60 persen.
Jika itu yang terjadi, organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) memperkirakan industri perikanan yang menopang mata pencarian 10-12 persen populasi masyarakat dunia akan turun secara drastis.
FAO juga melansir bahwa perubahan iklim diklaim membuat produksi pangan global bergizi turun serta menyebabkan populasi tanaman tertentu terancam kepunahan. Sementara itu, penangkapan ikan secara berlebihan membuat stok ikan semakin hari semakin terbatas karena ikan tidak dapat berkembang biak karena tidak dapat pasokan nutrisi yang memadai akibat perubahan iklim. [Mohamad Deny Irawan]