New Delhi, Gontornews — Otoritas keamanan yang bertugas di lokasi pariwisata populer India, Taj Mahal, mengatakan bahwa terjadi penurunan angka turis internasional yang berkunjung ke India. Mereka menduga bahwa penurunan angka turis domestik dan asing ke Taj Mahal terkait dengan demonstrasi anti UU Kewarganegaraan yang terjadi di sejumlah titik di India.
“Telah terjadi penurunan 60 persen jumlah pengunjung pada bulan Desember tahun ini,” ungkap Inspektur Polisi yang bertugas di Taj Mahal, Dinesh Kumar, sebagaimana dilansir Aljazeera.
Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Israel, Singapura, Kanada dan Taiwan telah mengeluarkan peringatan untuk tidak bepergian (Travel Advisory), atau jika mendesak, agar berhati-hati kala menunjungi daerah-daerah rawan demonstrasi.
Para pejabat India memperkirakan, wisatawan yang melancong ke Taj Mahal berkurang sekitar 200.000 dalam dua minggu terakhir.
“Ruang kontrol kami melakukan pemeriksaan keamanan bagi turis lokal maupun asing. Kami menjamin perlindungan mereka, tetapi banyak dari mereka yang memutuskan untuk menjauh (dan tidak datang ke Taj Mahal),” tambah Kumar.
Selain Taj Mahal, kunjungan wisatawan asing ke monumen marmer abad ke-17 di Uttar Pradesh pun menurun drastis setelah terjadi demonstrasi berdarah yang terjadi dalam dua pekam terkahir.
Sekelompok turis asing asal Eropa pun berencana untuk mempersingkat kunjungan mereka yang sedianya dilaksanakan selama 20 hari dengan alasan keamanan.
“Kami semua adalah pensiunan. Bagi kami, perjalanan harus dilakukan secara lambat dan santai. (Tetapi) berita utama dari sejumla surat kabar telah membuat kami khawatir sehingga kami memutuskan untuk pergi lebih cepat dari apa yang direncanakan,” pungkas seorang turis asing asal London, Dave Millikin. [Mohamad Deny Irawan]