Jakarta, Gontornews — Menteri Kesehatan Prof Dr dr Nila Farid Moeloek SpM(K) prihatin atas kecenderungan perilaku merokok di kalangan generasi muda yang terus meningkat.
“Yang lebih memprihatinkan, anak-anak sudah mulai merokok di usia belia,†paparnya pada Peluncuran Iklan Layanan Masyarakat (ILM) bertajuk “Suara Hati Anakâ€, di salah satu hotel di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Padahal, merokok merupakan salah satu penyebab utama kematian penyakit tidak menular.
Lebih jauh Menkes mengatakan, kita harus melindungi generasi muda dari paparan asap rokok secara dini. Karena itu, ia mengajak masyarakat bersama-sama memiliki komitmen yang tinggi untuk memperjuangkan perlindungan masyarakat khususnya generasi muda dari dampak negatif merokok.
“Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat kualitas kesehatan masyarakatnya, termasuk generasi mudanya,†tegas Menkes.
Menurutnya, tak sedikit anak-anak putus sekolah karena tidak ada biaya. “Tidak terhitung lagi berapa banyak anak-anak yang kekurangan gizi karena pengeluaran rumah tangga lebih banyak untuk membeli rokok,†tandas Menkes.
Karena itulah, Kementerian Kesehatan bertekad melindungi generasi bangsa tidak hanya dari dampak buruk rokok bagi kesehatan namun juga dampak sosial, lingkungan, ekonomi akibat mengonsumsi rokok dan paparan asap rokok.
Pada kesempatan yang sama, perwakilan WHO di Indonesia, Dr Jihanne Tawilah, mengatakan satu dari lima anak Indonesia memulai perilaku merokok sebelum memasuki usia 10 tahun, dan menjadi ketergantungan sebelum usia 13 tahun, bahkan lebih muda dari itu.
Seperti dikutip laman depkes.go.id, perilaku merokok pada penduduk 15 tahun ke atas cenderung terus meningkat. Jika pada pada tahun 2007 berjumlah 34,2 persen, maka tahun 2013 menjadi 36,3 persen. Kondisi ini merata di seluruh provinsi di Indonesia.
Sedangkan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014, prevalensi perokok anak usia 13-15 tahun di Indonesia sebesar 20,3 persen.
Data tersebut juga mengungkapkan,anak-anak mengaku terpapar asap rokok di rumah (57,3 persen), pernah melihat iklan promosi rokok di toko (60,7 persen), melihat perokok di TV, video atau film (62,7 persen) dan pernah ditawari oleh sales rokok (7,9 persen).
Selain itu, data tersebut juga menyatakan, 70,1 persen pernah melihat pesan antimerokok di media, dan 71,3 persen berpikir untuk berhenti merokok karena peringatan kesehatan bergambar.
“Pesan-pesan kesehatan tentang bahaya merokok yang kita tayangkan sebenarnya mendapat perhatian dari anak-anak yang merupakan investasi masa depan bangsa,†tutur Menkes.
Ia berharap masyarakat, khususnya generasi muda, harus mendapatkan informasi dan pengetahuan lebih banyak tentang bahaya merokok dari berbagai sisi. [Rusdiono Mukri]