Dubai, Gontornews — Pemerintah Swedia memperingatkan dunia akan keruntuhan ekonomi di Afghanistan. Menteri kerjasama pembangunan internasional Swedia, Per Olsson Fridh, memperkirakan keruntuhan ekonomi ini akan berlangsung lebih cepat dari pada yang dunia perkirakan. Keruntuhan ekonomi Afghanistan dapat membawa negara tersebut masuk ke dalam krisis baru.
Afghanistan telah terjerumus ke dalam krisis seiring dengan runtuhnya pemerintahan dan pengambialihan Taliban pada Agustus. Sejak itu, Afghanistan sangat bergantung dengan bantuan kemanusiaan senilai Miliaran Dollar Amerika Serikat.
“Kekhawatiran saya adalah bahwa negara ini berada di ambang kehancuran dan keruntuhan datang lebih cepat dari apa yang kita duga,” kata Fridh kepada Reuters di Dubai.
Fridh memperingatkan bahwa runtuhnya ekonomi dapat menyuburkan lingkungan terorisme untuk terus berkembang
Dua puluh tujuh negara Uni Eropa, termasuk Swedia, telah meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Afghanistan setelah Taliban kembali berkuasa. Tetapi, mereka menghentikan bantuan pembanguna di Afghanistan sebagai sebuah langkah yang diambil banyak negara dan Bank Dunia dalam menyikapi pengambilalihan kuasa di Afghanistan.
Pada Jum’at (22/10/2021), palang merah Afghanistan mendesak masyarakat internasional untuk terlibat dengan Taliban. Swedia tengah mempertimbangkan untuk meningkatkan upaya melalui kelompok masyarakat sipil Afghanistan untuk mengamankan akses kebutuhan dasar warga. Swedia, sambung Fridh, tidak akan menyalurkan bantuan pembangunan melalui Taliban.
Sebagai informasi, sebagian besar perwakilan negara telah menutup kedutaan mereka di Kabul. Mereka memindahkan kantor kedutaannya ke Qatar, negara yang menginisasi pembicaraan damai antara Barat dan Taliban.
Negara-negara Eropa, sambung Fridh, belum siap untuk membuka kembali kedutaan mereka di Kabul. Sebelum kembali ke Afghanistan, Swedia, dan banyak negara, menganggap masih banyak misi diplomatik yang akan dibuka dari Qatar. [Mohamad Deny Irawan]