Dakwah di daerah pendalaman ibarat udara. Tidak tampak namun terasa nyata adanya. Sepi dari publikasi, karena itu tak banyak pihak yang terlibat. Siapa saja Ormas Islam yang aktif berdakwah di sana?
Organisasi masyarakat (Ormas) Islam mempunyai jasa sangat besar bagi bangsa Indonesia. Selain berperan dalam memajukan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Indonesia, beberapa Ormas Islam juga konsen mengirim dai ke berbagai wilayah pedalaman Indonesia. Di antaranya seperti yang dilakukan Muhammadiyah.
Melalui Lembaga Dakwah Khusus (LDK), Muhammadiyah mempunyai banyak peran dalam dakwah di Nusantara. Ketua LDK Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammad Ziyad, menjelaskan, Muhammadiyah sejatinya telah menerjunkan dai-dai ke daerah pedalaman sejak tahun 1974. “Tapi gencarnya tahun 1982,” ungkapnya saat dihubungi Majalah Gontor.
Dalam hal ini tim Muhammadiyah di antaranya bergerak di daerah yang sulit dijangkau kendaraan dan rawan pemurtadan. “Di antaranya di pedalaman Papua, Pulau Mentawai Sumatera Barat, Pulau Nias di gugusan pulau terpencilnya kita juga mengirimkan dai. Di pedalaman Jambi, di beberapa daerah di Lampung juga ada, daerah pedalaman Bengkulu kita juga mengirim, di Pulau Jawa dai-dai kita juga ada di Baduy,” bebernya.
Menurut Ziyad, pengiriman dai ke pedalaman merupakan program yang sangat penting, karena agama lain juga melakukan hal serupa. Bahkan untuk datang ke wilayah pedalaman, agama lain sudah menggunakan alat transportasi canggih, pesawat terbang.
“Misionaris, non-Muslim sudah pakai pesawat kecil. Termasuk di pedalaman Papua, misionaris sudah mempunyai pesawat kecil, antarkecamatan itu. Sementara kita masih tertatih-tatih menyusuri jalan dan perairan,”ceritanya.
Ziyad kemudian menceritakan pengalaman dai-dai Muhammadiyah yang berdakwah di pedalaman. “Di salah satu desa di Kapuas, Kalimantan Tengah, ada ratusan muallaf di sana. Untuk khutbah Jumat di sana, Kamis paginya dai kita sudah berangkat untuk persiapan khutbah. Karena membutuhkan 16 jam perjalanan, 9 jam jalur darat, 7 jamnya menyusuri Sungai Kapuas dan anak cabangnya,” paparnya.
Ziyad mengaku, setiap kerja dakwah di daerah pedalaman atau terluar di Indonesia memiliki permasalahan yang berbeda. Namun jarak, waktu, biaya, tenaga dan pikiran adalah tantangan yang pasti dihadapi para dai yang berdakwah di pedalaman.
“Selain ongkosnya tinggi dan masalah security, juga problem alat transportasi. Misalnya, untuk ke pedalaman Kalimantan Tengah, kita ada problem jalur transportasi. Karena untuk pergi ke sana melewati jalur air, melewati sungai-sungai,” paparnya.
Selain itu berhadapan dengan masyarakat adat menjadi tantangan tersendiri bagi para dai. Masyarakat adat terutama di kawasan Papua. Meski begitu para dai tetap bersemangat dan ikhlas di jalan dakwah. “Alhamdulillah dai-dai kita bersabar, pelan-pelan kemudian bisa diterima dengan baik oleh mereka,” ungkapnya.
Selain Muhammadiyah, Ormas Islam yang aktif berdakwah di daerah pedalaman antara lain Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Hidayatullah, dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Afriza Hanifa dalam artikelnya yang berjudul “Dari Kejenuhan Politik, Dakwah Dimulai,” menyebutkan, Dewan Dakwah sejak berdirinya pada 1967 sudah banyak berperan dalam mengirim dai ke kawasan terpencil dari Sabang sampai Merauke. “Hingga kini, mereka masih melakukan hal sama dan mengambil peran yang sama, sebagai juru dakwah,” tulisnya seperti dilansir Republika Online (26/3/2013).
Dai-daiyah Hidayatullah juga mendapat respon positif dari Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Ustadz Bachtiar Nasir (UBN). Pimpinan Arrahman Qur’anic Learning (AQL) itu menyebutkan, gerakan dai-daiyah Hidayatullah berpotensi menjadi pilar tegaknya dakwah di pelosok Indonesia.
Sembari meminta para dai Hidayatullah untuk tetap berkoordinasi dengan elemen gerakan dakwah lainnya dalam menyatukan kekuatan, UBN berharap para dai Hidayatullah tetap istiqamah berada di garda terdepan dakwah Islam, termasuk yang berada di pedalaman-pedalaman Indonesia. “Bagi saya dai yang ada di pelosok ini adalah orang-orang yang berada di front terdepan dalam dakwah sebagaimana Abu Ubaidah Al Jarrah ingin di Baitul Maqdis walaupun jauh dari pusat pemerintahan,” tuturnya dilansir Panjimas.
Tidak ketinggalan dengan ormas-ormas Islam lain, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) juga punya peran dalam membantu penyebaran dai ke wilayah pedalaman. Direktur Pusat Kajian Strategis Baznas Dr Irfan Syauqi Beik mengatakan, BAZNAS memiliki beberapa program yang orientasinya pada penguatan dakwah pedalaman.
“Untuk pengiriman dai ke pedalaman biasanya BAZNAS bekerjasama dengan institusi lain. Kita bekerjasama dengan LAZ Dewan Dakwah, LAZ Hidayatullah untuk penguatan dakwah di pedalaman. Kita juga punya Mualaf Center BAZNAS,” ucapnya kepada Majalah Gontor.
Irfan mengatakan, Mualaf Center BAZNAS (MCB) bergerak melakukan pembinaan dan pendampingan kepada mualaf sesuai tuntunan syariat Islam agar menjadi Muslim dan Muslimah kaffah serta memiliki kemandirian ekonomi.
Mualaf Center BAZNAS di antaranya menggarap wilayah pedalaman terutama daerah-daerah yang tingkat kerawanan akidahnya tinggi dan daerah-daerah yang masih banyak penganut animismenya. Misalnya di Kalimantan, Sulawesi Tengah, dan Papua termasuk bekerjasama dengan Ustadz Fadlan di Papua. Sedangkan di Banten juga ada kerjasama dan pengiriman dai multifungsi. Untuk masyarakat wilayah pedalaman, BAZNAS memberikan pendampingan keagamaan dan pembinaan ekonomi, sosial, dan pendidikan, terutama untuk mualaf.
“Tantangan dakwah di pedalaman sangat berat. Kita harus hati-hati betul masuk ke wilayah-wilayah seperti itu karena jika salah melangkah respon masyarakat setempat menjadi kurang baik,”jelas Irfan.
Berat namun aktivis dakwah tak pernah surut langkah. Sebab dakwah, menyeru kepada jalan Allah, merupakan jalan hidup yang paling mulia.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
________________________________________
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang Muslim (yang berserah diri)?