Shanghai, Gontornews — Ribuan karyawan di Cina diprediksi kehilangan pekerjaannya akibat virus korona. Pemerintah pun berencana untuk menghambat pemecatan karyawan dalam skala besar dengan mengeluarkan kebijakan khusus.
Sebelumnya, sebuah perusahaan advertising asal Cina, Xinchao Media, berencana memecat 500 karyawannya akibat virus korona. Mereka menyebut bahwa virus yang ditemukan pertama kali di Wuhan tersebut berdampak terhadap bisnis berskala kecil hingga menengah.
“Untuk mengatasi permasalahan (virus korona) ini, anda perlu menginjak rem, mengurangi arus kas hingga mengurangi biaya (operasional),” ungkap CEO Xinchao Media, Zhang Jixue, kepada Reuters.
Lebih lanjut, Zhang mengatakan bahwa ketersediaan kas perusahaan saat ini, 1 Miliar Yuan (hampir 2 Triliun Rupiah), hanya cukup membiayai operasional 6-7 bulan saja.
Pemecatan karyawan di Cina akibat virus korona menjadi fokus penting Presiden Cina, Xi Jinping. Sebelum Xinchao Media memutuskan untuk melakukan hal tersebut, Presien Xi menyebut pemerintah berusaha untuk mencegah pemecatan dalam skala besar.
Langkah ini dilakukan demi menjaga iklim usaha di Cina sekaligus menstabilkan pekerjaan di negara Tirai Bambu tersebut. Tetapi, perusahaan terus merugi seiring dengan penyebaran virus korona pada akhir Januari lalu sementara pemerintah mendesak agar tidak meninggalkan rumah.
Selain bisnis media, sejumlah perusahaan seperti karaoke, restoran terpaksa memecat ribuan pekerjanya. Perusahan raksasa karaoke di Cina bahkan terpaksa memcat 200 karyawannya selama penutupan outletnya karena wabah. Sementara jaringan restoran di Cina, Xibei, khawatir tidak mampu membiayai 20.000 ribu pekerja yang tersebar di 360 outlet miliknya.
“Kami membutuhkan 146 juta Yuan (sekitar 286 Miliar Rupiah) tiap bulan demi membayar pekerja kami. Jika epidemi berlanjut, arus kas tidak kan memadai dan kami tidak bisa bertahan lebih lama,” ungkap pernyataan resmi Xibei dalam kun resmi Weibo.
Biro pengawas pasar kota Beijing bahkan menyebut hanya ada 11.500 restoran atau 13 persen dari total restoran di Beijing. [Mohamad Deny Irawan]