Jakarta – Gontornews — Senin (25/7), Kemenko Perekonomian mengadakan seminar dan diskusi bertema, “Perkembangan Indonesia Terkini: Tantangan dan Peluang.” Seminar ini diadakan dalam rangka Ulang Tahun Kantor Kemenko Perekonomian yang ke-50.
Hadir sebagai pembicara dalam seminar ini Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Juda Agung PhD, pengamat ekonomi Raden Pardede, dan chief economist Bank Mandiri Anton Gunawan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam sambutannya mengatakan, kalau melihat data year on year, masih kelihatan ekonomi Indonesia belum terlalu meyakinkan. “Tapi kalau melihat data kuartal per kuartal atau bulan per bulan, terlihat ada pergerakan. Sektor ritel misalnya, kuartal kedua tahun ini, sudah menunjukkan pergerakan positif,” katanya dalam rilisnya, Senin (25/7).
Namun demikian, kata Darmin, melihat ekonomi Indonesia bukan hanya dari persepsi tapi harus dari data riil. “Oleh sebab itu, kita perlu mendengar hasil riset yang sistematis dari pembicara,” tuturnya.
Perkembangan Indonesia terkini tentu akan menentukan langkah ekonomi Indonesia selanjutnya. Oleh sebab itu Darmin berharap, “Mudah-mudahan semuanya berjalan dengan baik.”
Anton Gunawan melihat bahwa dari fakta-fakta ekonomi yang sama, kita bisa mengambil kesimpulan yang berbeda-beda. Anton berpendapat, kondisi Indonesia masih membutuhkan pertumbuhan yang lebih besar. “Konsumsi masih relatif flat, di saat bunga bank yang cenderung menurun,” paparnya.
Sementara itu Juda Agung PhD, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia menyatakan secara umum, ekonomi nasional di satu sisi menunjukkan sentimen positif. “Total dana inflow yang sudah masuk tahun ini Rp 110 triliun,” katanya.
Sementara itu, belanja modal pemerintah cukup mendorong akselerasi pembangunan. “Namun belanja fisik dan realisasi keuangan di daerah masih perlu didorong agar memberikan stimulus lebih besar,” kata Juda Agung.
Selanjutnya Raden Pardede yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Kadin Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal dan Kebijakan Publik menjelaskan, ekonomi global masih melambat. Sebabnya, empat mesin ekonomi dunia yaitu Amerika, Eropa, Jepang dan Cina saat ini bermasalah.
Raden melanjutkan, kebijakan ekonomi beberapa negara tidak efektif melepaskan diri dari persoalan ekonomi. Sebagai contoh beberapa negara sudah melakukan kebijakan bunga negatif. Ambil contoh Jepang, Swiss dan Denmark di mana di negara-negara tersebut, pemilik dana harus membayar kalau menyimpan uangnya di Bank.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5 persen is a not bad at all. ”Sebab pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan dengan negara-negara lain yang seimbang seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.”
Namun akibat ekonomi global yang melemah tersebut, harga komoditas turun. “Oleh sebab itu, pemerintah harus medorong sektor non-sumberdaya alam, manufaktur, pariwisata, industri kreatif dan sektor digital,” kata Raden.
Respon pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi adalah bagian dari mendorong pertumbuhan ekonomi dalam melawan perlambatan ekonomi dunia.
Paket kebijakan ekonomi, lanjut Raden, sebagian menjawab persoalan struktural, termasuk kemacetan ekonomi. Apalagi, kita tidak tahu berapa lama pemulihan ekonomi dunia ini akan terjadi, apakah akan sangat lama atau mengalami stagnasi atau akan segera membaik. “Karena itu, usaha deregulasi pemerintah perlu dilakukan cepat dan seefektif mungkin,” imbuh Raden.
[Muhammad Khaerul Muttaqien/Rus]