لإِيلَافِ قُرَيْشٍ (1) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ (2) فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4)
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah), Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan rasa lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Surat al-Quraisy terdiri dari empat ayat dan merupakan Surat Makkiyah. Hanya beberapa ulama yang menyebutnya Madaniyah. Ia adalah surat ke-29 yang turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Yakni setelah Surat At Tin dan sebelum Surat al-Qariah. Dinamakan surat al-Quraisy diambil dari ayat pertama dari surat ini. Quraisy adalah suku terkuat dan paling berpengaruh di Mekkah.
Surat al-Quraisy ini diturunkan Allah untuk mengingatkan orang-orang Quraisy akan nikmat-nikmat Allah. Salah satunya adalah nikmat keamanan, yang pada surat al-Fil diterangkan kebinasaan pasukan bergajah yang hendak menyerbu Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah. Dengan rasa aman itu, orang-orang Quraisy bisa menjalankan kebiasaan mereka berupa bepergian pada musim dingin dan musim panas. Surat ini juga mengingatkan nikmat Allah lainnya berupa makanan.
Jika kita meneliti dan merenungkan surat al-Quraisy ini, maka kita sebagai seorang Muslim atau para pemimpin dan ulama negeri akan menemukan beberapa hikmah yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perspektif sosiologis (kehidupan sosial) kita dapat memetik keutamaan dari surat ini terutama bagi orang yang mendambakan kesuksesan. Berikut strategi sukses dalam surat al-Quraisy:
Pertama, Membangun Kebiasaan Positif. Di masa pandemi saat ini banyak terjadi perubahan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menuntut manusia untuk menciptakan kebiasaan-kebiasaan baru yang sebelumnya jarang kita terapkan. Seperti koordinasi pekerjaan yang dilakukan menjadi virtual, jam kerja yang lebih fleksibel dan lain sebagainya. Ada tantangan baru yang harus dihadapi di tengah kebiasaan baru yang muncul, yaitu tentang cara menerapkan kebiasaan baru yang positif dan juga sehat sebagai salah satu pencegahan masalah kesehatan mental yang juga membantu membangun fondasi yang kokoh untuk menuju kesuksesan. Terlepas dari ketakutan yang dihadapi dari sebuah perubahan, membangun dan menerapkan cara-cara ini dapat membuat seseorang menjadi lebih produktif dan efektif dan mengarahkan kepada kesuksesan. Sejatinya seorang ulama hari ini dan masa depan harus senantiasa membangun kebiasaan positif.
Kedua, Membangun Citra Positif. Membangun personal branding, pencitraan atau citra diri memang perlu strategi yang baik. Pencitraan diri menurut Indayati Oetomo, image consultant dan pendiri John Roberts Power Indonesia mutlak dilakukan oleh setiap orang. Bukan hanya para politisi, pejabat, atau artis. Tapi, mendengar kata pencitraan, asosiasi kita langsung tertuju kepada para politisi atau pejabat negeri ini yang seringkali melakukannya untuk mendongkrak popularitas demi meraih posisi tertentu. Lantaran ulah sebagian orang yang ‘NATO’ (no action talk only), maka kebanyakan orang pun memiliki persepsi negatif tentang pencitraan. Padahal, sebenarnya tidak hanya di panggung politik. Membangun citra positif akan menghasilkan kesuksesan karena berawal dari pikiran yang positif juga, apalagi dilakukan oleh seorang ulama atau calon pemimpin masa depan.
Ketiga, Bergerak (merantau). Qatadah mengatakan bahwa kebiasaan orang Quraisy melakukan perjalanan baik saat musim panas atau musim dingin. Ketika musim panas mereka pergi ke daerah Romawi, sedangkan pada musim dingin mereka pergi ke Syam. Pendapat lainnya mengatakan saat musim dingin mereka menetap di Mekkah, ketika musim panas mereka pergi ke Thaif. Mujahid mengatakan bahwa perjalanan yang mereka lakukan merupakan nikmat yang Allah berikan kepada mereka. Mereka mampu melakukan perjalanan jauh dengan nyaman dan tidak merasa berat. Dalam hal ini melakukan perjalanan berarti merantau yaitu selalu bergerak tanpa henti, karena dengan pergerakan akan menghasilkan keberkahan yang berarti kesuksesan. Kesuksesan akan diraih ketika seseorang bergerak merantau ke negeri orang, di sanalah ia akan mendapatkan keberkahan (kesuksesan).
Keempat, Membaca situasi. Di antara strategi yang harus dilakukan untuk menggapai kesuksesan yaitu pandai membaca situasi. Artinya kapan ia harus belajar, istirahat dan lain sebagainya. Kata-kata shita dan shaif dalam surat al-Quraisy berarti menunjukkan kepada kondisi (musim panas atau hujan), sehingga dengan situasi dan kondisi itu ia mampu mendapatkan kesuksesan. Seseorang tidak akan sukses ketika ia selalu dalam kondisi yang terpuruk, tetapi mestinya ia tahu bahwa keterpurukan sebagian daripada kelalaian yang mengakibatkan kegagalan, artinya ia tidak pandai membaca situasi maupun kondisi.
Kelima, Beribadah. Aspek spiritual sangatlah berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang. Tanpa adanya spiritualitas yang tinggi, banyak manusia yang tidak bisa menggapai kesuksesan. Spiritual di sini ialah beribadah. Di antara ciri-ciri orang yang sukses ia akan selalu beribadah dan mengingat Allah dan bertawakal kepada-Nya. Kesuksesan bukan sepenuhnya diciptakan manusia melainkan Allah yang Mahakuasa. Ketika seseorang ingin meraih kesuksesan maka janganlah lupa untuk melakukan ibadah kepada-Nya. Kata falya’budu rabba hadzal bait itu jelas yaitu perintah Rasulullah kepada kaum Quraisy untuk menyembah Allah.
Keenam, Berani. Yaitu membuang rasa takut yang ada pada diri manusia. Kesuksesan tidak akan pernah datang, ketika seseorang selalu merasa takut dan tidak tenang dalam menjalani kehidupan apalagi menggapai cita-cita dan kesuksesan. Kunci utama hal ini yaitu menumbuhkan rasa berani dalam melaksanakan sesuatu termasuk meraih kesuksesan. Itulah beberapa strategi yang bisa dilakukan ketika kita sebagai Muslim, ulama, cendekiawan dan pemimpin masa depan yang mendambakan sebuah kesuksesan . Wallahu A’lam Bisshawab. []